Pernikahan  adalah salah satu perintah Tuhan, dan ini merupakan jalan para anbiya,  termasuk manusia pertama, Adam (as) dan wanita pertama, Hawa (ra).   Mereka melangsungkan pernikahannya di Surga, oleh sebab itu Allah (swt)  memberikan suatu Wewangian Surgawi kepada setiap pasangan yang  melangsungkan pernikahan agar mereka bahagia.  Tetapi mereka sendiri  harus menjaga wewangian itu sepanjang hidupnya, ini sangat penting.  Dan  sekarang kita memohon kepada Allah (swt) untuk melestarikan wewangian  tadi bagi mereka berdua sepanjang hidupnya di dunia, dan kita berharap  agar mereka akan bersatu di akhirat kelak, dalam kehidupan yang kekal.   Itulah makna dari pelaksanaan upacara pernikahan bagi sepasang pengantin  baru.
Kita  bersyukur kepada Tuhan kita, yang menciptakan pria dan wanita, dan  mengaruniai mereka dari Cinta Ilahiah-Nya.  Jika Dia tidak  menganugerahkan Cinta Ilahiah-Nya, tak seorang pun akan menemukan  jodohnya.  Dan Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menjalani  kehidupan yang mulia, dengan menjadikan orang saling berpasangan,  bukannya satu wanita untuk semua pria atau seorang pria bagi seluruh  wanita. 
Suatu  kehormatan bagi wanita, bahwa ia hanya diperuntukkan bagi seorang pria  dan sebaliknya seorang pria hanya untuk seorang wanita.  Itu merupakan  suatu kemuliaan bagi mereka dalam kehidupan ini.  Siapapun yang  melanggar aturan tersebut, Allah (swt) tidak akan menyebut mereka  sebagai orang yang terhormat.  Oleh sebab itu kita memegang teguh  upacara yang mulia ini, dan kita memohon kepada Allah (swt) agar mereka  berhasil dalam menjalani kehidupan mereka bersama. 
Para  wanita hanya boleh memandang suaminya.  Jika kalian ditanya, “Siapakah  orang yang paling tampan di dunia?”  Kalian harus menjawab bahwa suami  kalianlah yang paling tampan.  Begitu pula dengan para pria, siapakah  orang tercantik di London?  Istri kalian.  Jika masing-masing melihat  pada pasangannya, takkan ada lagi masalah, baik di London, di Inggris,  di Turki, di Siprus, di Timur dan di Barat. 
Ini  adalah nasihat yang paling penting bagi pasangan yang baru menikah.   Saya mendengar bahwa banyak pasangan yang mendaftarkan diri melalui  petugas KUA.  Setelah tiga hari, tiga minggu, tiga bulan, atau tiga  tahun, keduanya menjalani jalan yang berbeda, karena mereka melihat  (pada orang lain), yang wanita melihat pria lain; yang pria melihat  wanita lain.  Kalau demikian, pernikahan mereka tidak akan berusia  panjang. 
Sekarang  kalian tengah membangun suatu ‘gedung’ baru, melangsungkan sebuah  pernikahan, dan kita memohon kepada  Allah (swt) untuk membuat kalian  saling mencintai satu sama lain. 
Kalian harus tahu, kalian semua : Jangan menyakiti hati istri kalian, jangan menyakiti hati istri kalian!  Buatlah (suasana) agar mereka senantiasa bahagia dengan kalian; kalau  tidak, ketika kalian datang, mereka akan pergi.  Mengerti?  Jagalah agar mereka tetap bahagia.  Dengan demikan mereka pun akan berusaha membuat kalian bahagia. 
Bawakan  dia beberapa perhiasan (emas), seperti ini, seperti itu, sehingga dia  akan senang denganmu.  Lakukanlah selalu; ketika istrimu marah kepadamu,  bawakanlah sesuatu yang disukainya.
Wanita sangat beruntung, di dunia dan di akhirat kelak.  Mengapa?  Karena tidak ada pertanyaan bagi mereka. 
Pada  Hari Kebangkitan, setiap wanita akan datang bersama suaminya dan ketika  sang suami masuk surga, istrinya pun akan masuk bersamanya.  Tak ada  pertanyaan bagi mereka.  Tetapi kalian—para pria—akan mendapat begitu  banyak pertanyaan. 
Kalian  mengerti?  Tunjukkan paspor kalian di depan pintu surga, masuklah, dan  istri kalian akan masuk bersama kalian.  “Ini istrimu?”  Allah ‘Azza wa Jalla  akan bertanya pada kalian.  Kalian akan menjawab, “Ya.”  “Kamu bahagia  bersamanya?”  Jika kalian menjawab, “Ya”; Allah (swt) akan berkata,  “Bawa dia masuk ke dalam surga.” 
Tetapi  jika kalian berkata, “Ya Tuhanku, Aku tidak pernah puas dengannya.  Dia  terlalu banyak bicara!”  Lalu Allah (swt) akan berkata, “Stop!   Berdiri!  Mengapa kamu tidak bahagia dengannya?  Dia adalah hijab antara  dirimu dengan neraka.  Jika dia tidak bersamamu, kamu pasti sudah  tergelincir ke jurang neraka.  Oleh sebab itu mereka semua lebih  berharga daripada kalian.”
Oleh  sebab itu kalian harus menjaga hak-hak mereka.  Kalian, para pria suka  melakukan kekejaman terhadap wanita dan tidak mempedulikan hak-hak  mereka.  Setiap orang harus menjaga hak-hak mereka (wanita).  Allah  (swt) akan bertanya, “Mengapa kalian tidak merasa puas terhadap istri  kalian?  Apa masalahnya, karena dia adalah yang menjadi hijab antara  kalian dengan neraka, apakah dia tidak menjaga rumahmu?  Apakah dia  tidak memasak?  Tidak mencuci?  Tidak merawat anak-anak?  Tidak  bersih-bersih?”  Allah (swt) akan bertanya. 
Tidak ada kewajiban bagi wanita untuk melakukan suatu pekerjaan. (Menurut  syariah Islam, sebenarnya pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak  merupakan tugas pria atau suami.  Jika istri tidak sanggup atau tidak  ingin merawat anaknya, maka si suami bertanggung jawab untuk menyediakan  makanan bagi anaknya.  Namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka  istrilah yang mengerjakan hal-hal tersebut.  Syaikh Nazim (qs)  mengatakan bahwa pria harus bersikap lebih apresiatif, arif dan menolong  bukannya memanfaatkan istrinya untuk mengurus rumah dan merawat  anaknya.)  Kalian (pria) harus melakukannya: mencuci,  bersih-bersih, dan merawat anak-anak.  Dalam syariah, Allah (swt) bahkan  tidak memerintahkan wanita untuk memberikan susu kepada anak-anak  kalian.  Itu termasuk tanggung jawab kalian, wahai pria.  Kalian harus  menyediakannya (susu), kalian harus membayarnya.
Kalian  memberi bayaran pada wanita?  Untuk setiap bayi yang dia lahirkan,  kalian harus membawakan rantai emas (perhiasan) untuk istrimu.  Ya,  ketika dia memberikan susunya kepada si bayi, kalian harus membayarnya,  bukannya mengatakan, “Kamu dapat melakukannya, kamu bisa menemukan  seseorang untuk memberi susu kepada bayimu.”
Jangan  menyuruhnya untuk bekerja!  Dia hanyalah sebagai hijab antara kamu  dengan hal-hal yang haram, itulah tugasnya.  Segalanya berada di pundak  pria, tetapi mereka (wanita) mau melakukannya… karena mereka bersyukur  kepada kita, mereka melakukannya dengan sukarela.  Apakah kamu  sekali-sekali pernah mencuci?
Disadur dari : http://evisyari.wordpress.com 

 
