Kebanyakan  laki-laki  lebih memperhatikan  penampilan  dzahir  seorang wanita,  sementara  unsur  akhlak  dari  wanita  tersebut   kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yang  akan banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya.
Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)
2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
3. Menjaga rahasia-rahasia  suami,  lebih-lebih yang berkenaan dengan   hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu  ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk.  Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang  suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat  berhubungan intim), dan barangkali ada seorang  istri yang mengabarkan  apa  yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak  ada yang menjawab. Aku (Asma) pun  menjawab: “Demi Allah! Wahai  Rasulullah, sesungguhnya mereka (para  istri) benar-benar melakukannya,  demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti  syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian  digaulinya  sementara  manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456,  Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63)  menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih  atau paling sedikit hasan)
4.  Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya  sehingga bila suaminya  memandang  akan  menyenangkannya.  Rasulullah   Shallallahu  ‘alaihi  wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu  tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah  yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan  mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR.  Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam  Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
5.  Ketika  suaminya  sedang  berada  di  rumah  (tidak  bepergian/   safar),  ia tidak menyibukkan  dirinya  dengan  melakukan  ibadah   sunnah  yang  dapat  menghalangi suaminya untuk istimta’  (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya  mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak   halal bagi seorang  istri berpuasa  (sunnah) sementara suaminya ada  (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no.  5195 dan Muslim no. 1026)
6.  Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan  suami, tidak  melupakan  kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah  bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati   kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya  kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab:  “Mereka mengkufuri suami   dan   mengkufuri   (tidak   mensyukuri)  kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada  seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat  darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku   tidak pernah melihat darimu  kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no.  29 dan Muslim no. 907)
7.  Bersegera  memenuhi  ajakan  suami  untuk  memenuhi  hasratnya,   tidak  menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat  tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di  tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya  lalu  si istri menolak  (enggan) melainkan  yang  di  langit murka  terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)
Oleh : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al- Atsariyyah 

 
