Dalam kehidupan kita selalu saja ada sisi positif dan negatif dalam  interaksi kita dengan sesama. Positif ketika interaksi kita tidak  membawa kekecewaan, bahkan yang ada adalah saling tolong menolong sesama  mukmin, saling sayang menyayangi sesama mukmin.  Dan negatif akan  timbul, saat interaksi kita dengan orang lain membuahkan kekecewaan yang  tidak jarang bisa berakibat memutuskan silaturahim dan menimbulkan  kebencian.
Pernik-pernik kehidupan nyata kadang tidak selalu seindah yang kita inginkan. Dalam  interaksi kita dengan orang lain, bisa saja terjadi khilaf dan salah  paham, yang membuat jalinan persaudaraan atau pertemanan menjadi  tidak  harmonis. Berawal dari khilaf dan salah paham inilah yang sering  mengakiibatkan dua orang yang pada awalnya saling menyayangi dan  memperhatikan satu sama lain, menjadi renggang, menjadi jauh.  Dan muncullah kekakuan-kekakuan dalam hubungan. Interaksi persaudaraan,  persahabatan, pertemanan menjadi hambar. Sapaan cuma basa-basi. Tidak  ada lagi kerinduan, sebaliknya yang ada adalah kekecewaan dan kebencian.
Bahkan  yang lebih repot lagi saat keridakharmonisan hubungan itu menular ke  orang lain. Keretakan persaudaraan dan pertemanan atau persahabatan  bukan lagi hubungan antar dua pihak semata, bahkan merembet. Bisa  jadi seluruh keluarga dan atau seluruh teman dekat kita pun akan ikut  menjauhi dan ikut memutus hubungan silaturahim, dikarenakan masalah  pribadi kita dengan seseorang.  Hal seperti ini pernah dikatakan  Rasulullah SAW. “Cinta bisa berkelanjutan (diwariskan) dan benci pun  demikian.” (HR. Al-Bukhari)
Salah satu sebab yang  menjadikan begitu sulitnya kita menjalin kembali hubungan yang telah  renggang adalah karena tertutupnya peluang berkomunikasi. Biasanya  masing-masing saling bertahan dan saling menunggu untuk tidak memulai  komonikasi duluan. Bagi beberapa orang kadang memang tidak mudah  menggerakkan hati untuk memulai komunikasi atau berkunjung ke orang yang  pernah dibenci.
Mungkin masih terngiang seperti  apa sakitnya hati dan begitu berat beban batin.. Terlebih ketika setan  terus mengipas-ngipas bara luka lama. Saat itulah, setan mempengaruhi  seseorang bahwa dia adalah pihak yang patut dihubungi dan atau  dikunjungi terlebih dahulu.  
Bukankah  Rasulullah SAW telah menegaskan dalam sabdanya : Sambunglah orang yang  memutus silaturahim denganmu. Berilah hadiah kepada orang yang enggan  memberimu. Dan jangan hiraukan orang yang menzalimi kamu.” (HR. Ahmad)
Perhatikan dan renungkan dengan seksama sabda Rasulullah SAW berikut ini  “tidak  halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan  saudaranya melebihi tiga malam. hendaklah mereka bertemu untuk  berdialog, mengemukakan isi hati. dan yang terbaik adalah yang pertama  memberi salam (menyapa).” (HR. Bukhari)
Perhatikan beberapa firman Allah SWT yang terkait silaturahim :
”Hai  sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan  kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;  dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan  perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan  (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.(QS. An Nissa [4] : 1)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nissa’ [4]: 36)
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat,anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah  shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,  kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (Al-Baqarah [2] : 83)
Allah SWT telah berfirman dalam surah Al Maaidah ayat 8 sebagai berikut:
Maha Benar Allah dalam firmanNya, ”Hai  orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu  menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan  janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu  untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat  kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha  Mengetahui apa yang kamu kerjakan, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al Maa�idah [5] : 8 )
Firman Allah swt. “Hai  orang-orang yang beriman, siapa di antara kamu yang murtad dari  agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah  mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap adzillah  (lemah lembut) terhadap orang mukmin, yang bersikap ‘izzah (keras)  terhadap orang-orang kafir… Al Maa�idah  [5:] : 54).” (QS
Manfaat  lain dari menjalin silaturahim adalah seperti yang dikatakan Rasulullah  SAW. “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya,  hendaklah menyambung tali silaturahim.” (Muttafaq ‘alaih)
Nabi SAW bersabda:   "Hubungilah  orang yang telah memutuskan engkau, dan berilah kebaikan kepada yang  telah berbuat jahat kepada engkau, dan katakanlah (berbicaralah) dengan  hak (yang sebenarnya) walaupun terhadap dirimu sendiri” (ibn Najar) 
Dalam  usaha kita menjalin kembali silaturahim yang telah putus, maka  sebaiknya kita mengingat dan membayangkan kebaikan-kebaikan saudara dan  atau teman kita. Jangan mengingat kesalahan yang ada atau mencari siapa  yang paling salah dan benar, karena hal itu kerap akan menimbulkan  kebencian dan bisa menghilangkan kebaikan orang lain.
Bukankah  kitapun sebagai manusia biasa pastinya tidak luput dari khilaf dan  berbuat salah? Jadi bila dalam ketidakharmonisan hubungan kita dengan  seorang teman atau saudara, dan kebetulan kita berada di pihak yang  disakiti, maka alangkah sangat terpujinya apabila kita bisa berlapang  dada memaafkan kekhilafan teman kita itu. Jangan sampai kebaikan teman  kita selama ini, terhapus dengan satu kesalahan yang dibuatnya.
Dan  apabila dalam ketidakharmonisan hubungan kita dengan teman atau  saudara, kemudian ternyata kita menyadari bahwa sebenarnya kita berada  di pihak yang salah, pihak yang telah menyakiti, melukai. Maka berjiwa  besarlah mengakui kesalahan kita, jangan malu untuk minta maaf, karena  tidak akan pernah berkurang kemuliaan seseorang dan tidak akan pernah  jadi buruk nama baik seseorang, apabila ia mengakui kesalahannya dan  meminta maaf. Yang ada justru kemuliaan bagi siapapun yang berjiwa besar  mengakui kesalahan dan menjalin kembali silaturahim yang sempat putus,  yang diakibatkan kesalahan yang dilakukannya.
Memang  agak sulit untuk menjalain silaturahim dengan orang yang membenci kita  atau seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita atau yang  tidak mau kita hubungi lagi. Tetapi apabila kita mengupayakan diri  sekuat tenaga untuk tetap menghubunginya, untuk tetap menjalin  silaturahim dengannya dan mengupayakan untuk bertemu dengannya.  Maka  inilah yang disebut silaturrahim yang sebenarnya. Tentang hal ini  Rasulullah SAW bersabda, �Yang disebut bersilaturrahim itu bukanlah  seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan  bersilaturrahim itu ialah menyambungkan apa yang telah putus. � (HR  Bukhari).
Mari kita tanyakan pada diri kita  sendiri, sudahkah kita berusaha menjalin silaturahim dengan orang yang  memutuskannya dengan kita? Atau kita hanya berdiam diri membiarkan  silaturahim tersebut putus, karena merasa bukan kita ini, yang  memutuskan silaturahim?
Agama Islam mengajak kita  untuk menjauhi segala macam bentuk pemutusan hubungan silaturahim,  menjauhi dendam dan kebencian. Karena itu,  jika ada seseorang yang  menjauhi kita dan memutus tali silaturrahmi dengan kita, maka kita  diharapkan proaktif untuk memperbaiki dan membangun hubungan dengan  orang yang memutuskannya, agar hubungan tersebut baik kembali. Hal ini  memang tidak mudah dilakukan, terlebih lagi kalau kita berada dipihak  yang benar atau pihak yang disakiti. Tetapi percayalah, apabila kita  melakukannya tulus ikhlas karena Allah, maka tidak akan sulit.
   http://cyberhfz07.blogspot.com
 
