Berdasarkan dalil-dalil kuat yang relevan, akhirnya Abu Syuqqah  menyimpulkan, “adanya pertemuan antara laki-laki dan wanita mungkin  menyebabkan timbulnya sikap saling memandang antara mereka. [Namun]  kejadian seperti itu tidak menjadi masalah, sepanjang pandang-memandang  di antara mereka tidak didasarkan pada syahwat serta keduanya sama-sama  berniat dan melaksanakan menahan pandangan.”
 Fokuskan pada Penampilan Non-Seksual ...
Kondisi  yang membolehkan kita memandang lawan-jenis adalah ketika tidak  terkagum-kagum pada pesona seksual dan tidak memandangi aurat. Selama  berada dalam kondisi ini, kita tidak dituntut untuk memalingkan muka  (seperti Fadhal) atau pun diperintahkan untuk tidak melanjutkan  pandangan (seperti Ali). Bahkan, bisa saja kita justru diberi kesempatan  luas untuk bisa memandang lawan jenis.
Belum percaya?  Liat aja hadits shahih berikut ini, yang mengisyaratkan bolehnya  memandang lawan-jenis seraya mengagumi keahliannya atau  sekurang-kurangnya menyaksikan penampilan non-seksualnya.
Dari  ‘Aisyah r.a. dikatakan: Ketika itu adalah hari raya, dan pada waktu itu  orang Habsyah sedang bermain tameng dan tombak. Entah aku yang meminta  atau Nabi sendiri yang berkata kepadaku: ‘Apakah kamu ingin melihatnya?’  Aku jawab: ‘Ya.’ Maka aku disuruhnya berdiri di belakangnya [sehingga  aku melihatnya]. (HR Bukhari)
Tuuuh… Nabi memberi  kesempatan luas kepada Aisyah nyaksiin keterampilan orang Habsyah  bermain sejata. Ternyata, tidak seperti kemolekan, dayatarik non-seksual  lawan-jenis boleh dilihat dengan cukup leluasa.
Sekarang,  berdasarkan dalil di atas, bisa kita petik sebuah hikmah: Supaya tidak  terkagum-kagum pada dayatarik seksualnya, fokuskan pengamatan kita pada  penampilan non-seksualnya apabila kita memandang lawan-jenis.
Penampilan  non-seksual lawan-jenis yang dapat kita saksikan itu meliputi:  kegesitan berolah-raga, kelogisan berargumentasi, kesopanan berbusana,  keanggunan bersikap, keramah-tamahan berperilaku, keindahan berekspresi  artistik, kelihaian berkomunikasi, … dan masih banyak lagi yang lainnya.
Berpaling Bila Terpana oleh Kemolekan ....
Walau  sudah berusaha fokuskan perhatian pada dayatarik non-seksual, bisa saja  kita tiba2 terpesona pada kemolekan si lawan-jenis. Kalau terjadi  begini, atau setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya, kita  diminta segera alihkan pandangan. Dalil yang melandasi seruan “alihkan  pandangan” ini adalah sebagai berikut:
Dari Jarir bin  Abdullah r.a. dikatakan: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang  memandang [lawan-jenis] yang [membangkitkan syahwat] tanpa disengaja.  Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR Muslim)
Makanya,  kalau kau lelaki nyaksiin penampilan Siti Nurhaliza (atau penyanyi  cantik lainnya), fokuskan pengamatan pada kehebatannya dalam bernyanyi  dan bersopan-santun di pementasannya. Bila terpana pada kecantikan atau  pun dayatarik seksualnya lainnya, lekas2lah alihkan pandangan ke arah  lain. Jika gejolak birahi sudah reda, boleh nonton kembali. Tapi, andai  terpesona lagi pada dayatarik seksualnya, segeralah alihkan lagi  pandangan ke arah lain…
Selama tidak terpana pada  ketampanan atau pun dayatarik seksualnya lainnya, perempuan juga boleh  memandang wajah ustad Jefri Al-Buchori (atau mubalig pria lainnya) di  majelis taklim. Fokuskan pengamatan pada kemampuannya dalam berdakwah.  Setiap kali terpesona pada dayatarik seksualnya, cepat2lah alihkan  pandangan ke arah lain…
Kau pun harus siap-sedia sering2  alihkan pandangan sewaktu bercakap-cakap ‘si dia’ seraya mengagumi  pesona ‘kecantikan batiniah’ (inner beauty)-nya. Boleh2 aja sih kau  menatap dia saat menyimak tutur-katanya, namun setiap kali terpikat pada  dayatarik seksualnya, lekas2lah alihkan pandangan ke arah lain sampai  gejolak birahimu reda.
Malu ketahuan alihkan pandangan?  Nevermind. Ingat, gejolak birahi itu manusiawi, sedangkan mengalihkan  pandangan itu islami. Ngapain malu berperilaku islami?
Bagaimana Menjaga Pintu Perzinaan ...
Kau  nggak malu berperilaku islami, kan? Bagus… Trus, seperti Aisyah dalam  hadits Bukhari tadi, apakah kau ingin menyaksikan keahlian si  lawan-jenis? Boleeeh… asalkan, sekali lagi kami ingatkan, alihkan  pandangan setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya. Begitulah  jurus “tundukkan pandangan” yang bisa kita maklumi sebagai upaya menjaga  ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina mata’. Jika kita membiarkan  terjadinya ‘zina mata’ sewaktu memandang lawan-jenis, maka mungkin kita  tergolong mendekati zina.
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:  Tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil  daripada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah  saw. bersabda, “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari  zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat [dengan  syahwat], zinanya lidah adalah mengucapkan [dengan syahwat], zinanya  hati adalah mengharap dan menginginkan [pemenuhan nafsu syahwat]. …” (HR  Bukhari & Muslim)
Rupanya, yang bisa kita anggap  mendekati zina itu nggak cuman ‘zina mata’. ‘Zina lidah’ dan ‘zina hati’  pun dapat digolongkan mendekati zina.
Bahkan, di luar  tiga macam ‘zina’ yang kami garisbawahi itu, masih ada ‘zina tangan’,  ‘zina kaki’, dan ‘zina-zina bagian tubuh lainnya’ yang mungkin tergolong  mendekati zina pula. Namun, penyebutan tiga saja —di antara itu semua—  kami pandang sudah memadai untuk menggambarkan bagaimana menjaga ‘pintu  perzinaan’.
Kalau untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari  terjadinya ‘zina mata’, kita gunakan jurus “tundukkan pandangan”, apa  jurus kita untuk mengatasi ‘zina lidah’ dan ‘zina hati’ (atau pun  ‘zina-zina bagian tubuh lainnya’)? Kau bisa nebak, kan?
Yup.  Untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina lidah’, kita  gunakan jurus “tundukkan tutur-kata”. Maksudnya, ketika lawan-jenis yang  menyimak tutur-katamu terpesona pada ke-sexy-an suaramu, keraskan  suaramu atau hentikan sajalah tutur-katamu. “Janganlah kau terlalu  lembut bicara supaya [lawan-jenis] yang lemah hatinya tidak bangkit  nafsu [syahwat]-nya.” (QS al-Ahzab [33]: 32) “Katakanlah yang baik-baik  atau diam sajalah.” (al-hadits)
Dalam pengamatan kami,  banyak muda-mudi (terutama wanita) yang kurang menyadari ke-sexy-an  suaranya di telinga lawan-jenis. Karena itu, kami sarankan, mintalah  penilaian dari beberapa sahabat lain-jenis mengenai suaramu. Kalau nggak  sedikit orang menilai suaramu sexy, ubahlah gaya bicaramu. Kalau sulit  mengubah, berlatihlah secara serius sampai berhasil. Bagaimanapun, gaya  bicara bisa diubah. (Kami saksikan, banyak aktris Hollywood mampu  menampilkan aneka gaya bicara. Di satu film terdengar sexy banget, di  film lain kurang sexy, sesuai karakter di film2 itu.
Adapun  untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina hati’, kita  gunakan jurus “tundukkan keinginan”. Maksudnya, ketika kau terpikat oleh  dayatarik seksual lawan-jenis yang menarik perhatianmu, janganlah kau  mengharap-harap kesenangan seksual dari dia. Selanjutnya, sebesar apa  pun gairahmu, janganlah kau turuti keinginan nafsu syahwatmu ini. Kalau  kau umbar nafsu ini, maka rusaklah kehormatan dirimu sendiri, sehingga  kau “tergolong orang yang bodoh” (QS Yusuf [12]: 33).
Ketika  kau kewalahan meredam nafsu syahwat, segera “alihkan perhatian” ke  hal-hal lain yang bersifat non-seksual. Seandainya sinetron remaja  Indonesia atau film musikal India di televisi sering membuat birahimu  bergejolak, alihkan saluran ke tayangan lain. Umpamanya: sepakbola,  berita politik, dialog bisnis, eksplorasi flora dan fauna, dan  sebagainya. (Lebih baik lagi, matikan televisi lalu baca buku2 islami  atau lakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
Dengan  mengerahkan jurus2 penjagaan ‘pintu perzinaan’ sedemikian itu, insya’  Allah ‘pintu perzinaan’ kita selalu terjaga. Dengan kata lain, kita  tidak mendekati zina.
Dengan jurus2 tadi, ‘darah-muda’  kita senantiasa terkendali ketika kita saling bergaul dan bertatap-muka  dengan lawan-jenis, secara akrab sekalipun. Apalagi bila terawasi oleh  orang lain yang cenderung mencegah perzinaan kita.
Emang  sih, jurus2 tersebut tidak menjamin kita bebas dari godaan setan. Tapi,  setiap kali pasukan iblis hendak masuk untuk menguasai diri kita, mereka  bisa kita tendang jauh2 dengan jurus2 tadi.
Dengan  demikian, menjauhlah bahaya kerusakan yang mengancam masuk melalui  ‘pintu perzinaan’ yang bernama ‘perbauran’. Hasilnya, selamatlah kita di  dunia dan akhirat. (Begitulah cara yang kami upayakan untuk memupus  kekhawatiran Nabi terhadap perilaku kita dalam bertatap-muka dengan  lawan-jenis.

 
