Salah satu konsekuensi yang harus kita ambil setelah memutuskan untuk  berhijrah yaitu menikah tanpa melalui pacaran. Karena dalam Islam  memang tidak ada konsep pacaran (lihat surat 17 : 32). Bagi seorang  aktivis da’wah yang telah memutuskan untuk menikah tanpa melalui proses  pacaran (dikenal dengan istilah ta’aruf secara Islami), kadang yang  tergambar dibenak kita adalah seorang ikhwan yang akan menjadi  pendamping hidup kita adalah seorang ikhwan yang benar-benar mengamalkan  apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Ya keinginan yang wajar dan manusiawi jika kita ingin pasangan hidup  kita shalih/shalihah, menjaga pandangan pada yang bukan muhrimnya,  berusaha selalu membantu pekerjaan isteri, dan sebagainya.
Selama ini penulis sering mendapatkan pertanyaan seputar rumah  tangga, suami dan keluarga. Kadang ada suami yang santai membaca koran,  sedangkan isterinya sibuk memasak dan mengurus anak-anak, tanpa peduli  untuk membantunya. Lalu bagaimanakah sikap kita terhadap pasangan hidup  kita? Berikut adalah tips-tips bagaimana kita menyikapi pasangan hidup  kita yaitu sebagai berikut :
1.Terimalah ia apa adanya
Pernikahan adalah menyatukan dua keluarga besar yang berbeda suku,  kultur dan budaya serta pola asuh yang diterapkan pada masing-masing  keluarga. Tentu saja tidak mudah merubah karakter yang telah melekat  pada pasangan hidup kita. Namun Insya Allah dengan ikut tarbiyah, tentu  saja perlahan-perlahan kita berusaha untuk menjadi pribadi yang kaffah.
Jangan pernah sekali-kali menbandingkan pasangan hidup kita dengan  pasangan hidup teman kita. Yakinlah bahwa Allah pasti memberikan jodoh  yang sekufu untuk kita. Bukankah Allah tidak pernah mengingkari  janji-janji-NYA?
2.Pandai bersyukur atas anugerah suami yang shalih
Sebagai aktivis tentu saja, Alhamdulillah kita harus bersyukur pada  Allah SWT, yang telah memberikan anugerah terindah dalam hidup kita  yaitu seorang ikhwan yang sevisi dan semisi dalam mengarungi rumah  tangga dan juga da’wah yang mulia ini. Coba kita bayangkan rumah tangga  yang suaminya selingkuhlah, yang melakukan KDRT dalam rumah tanggalah,  yang suami tidak shalatlah. Sementara Alhamdulillah, Allah anugerahkan  pasangan hidup kita yang selalu tilawah, rajin datang liqo, aktif da’wah  di masyarakat, mengerjakan yang sunnah-sunnah. Sementara rumah tangga  lain, mungkin suaminya sering berkata-kata kasar? Sementara kita?  Alhamdulillah, suami kita selalu berkata-kata lembut dan sangat menjaga  perasaan kita, sebagai seorang isteri. Insya Allah karena suami kita  memahami sebuah hadits yang mengatakan, “ Sebaik-baik pria adalah yang  paling baik sikapnya terhadap keluarga.” Nikmat Allah mana lagi yang  kita dustakan?
3.Saling menutup aib pasangan hidup kita
Sebagai aktivis, tentu saja kita juga manusia biasa yang tidak luput  dari dosa dan kesalahan. Tetapi idealnya memang kesalahan para aktivis  da’wah harus lebih sedikit dibandingkan yang lain. Bukankah kita selalu  mengajak orang lain untuk menjadi lebih baik, kita harus lebih dahulu  mengamalkan apa yang kita sampaikan/ceramahkan?
Sebaiknya dalam berumah tangga, aib pasangan hidup kita, harus kita  tutupi, tidak perlu kita ceritakan pada orang lain, hatta pada adik dan  kakak kita. Biarlah semua hanya suami dan isteri saja yang tahu akan aib  pasangan hidup kita. Yakinlah di setiap kekurangan pasangan hidup kita,  pasti Allah berikan banyak kelebihan pada dirinya..Bukankah setiap  pasangan hidup merupakan pakaian bagi pasangan hidupnya?
4.Saling meningkatkan diri dan potensi pasangan hidup kita
Sebagaimana kita ketahui, ada beberapa gambaran rumah tangga, yaitu  rumah tangga laba-laba, rumah tangga seperti rumah sakit, rumah tangga  seperti rumah tangga pasar dan rumah tangga kuburan. Yang terbaik adalah  rumah tangga seperti rumah tangga masjid. Di mana dalam rumah tangga  tersebut tercipta suasana saling asih, asah dan asuh. Suami dan isteri  pun harus meningkat dari sisi ketaqwaan, dari sisi pendidikan, dari sisi  ekonomi, sehingga tercipta rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah.  Suami tidak boleh membiarkan isteri untuk tidak berkembang, terutama  dari sisi tsaqofah (pengetahuan). Jika memang ada rezeki, tidak salah  jika isteri diizinkan untuk melanjutkan kuliah kembali, atau meneruskan  kuliahnya kembali (karena keburu dikhitbah) ketika skripsinya misalnya.  Insya Allah indah sekali manakala kita mampu memciptakan rumah tangga  seperti rumah tangga masjid.
Semoga dengan goresanku yang sederhana ini, Insya Allah mampu  memberikan semangat dan motivasi untuk teman-teman AyoNikah yang shalih  dan shalihah untuk segera mewujudkan niat yang suci yaitu menggenapkan  setengah diin, yakinlah menikah tidaklah serumit dan sekompleks apa yang  dibayangkan sebagian orang. Justru dengan menikah Insya Allah kekuatan  kontribusi da’wah akan semakin besar, karena di tengah lelahnya kita  pulang berda’wah, sudah menanti pasangan hidup kita, yang siap kita  berlabuh dan berbagi tentang suka duka kehidupan ini (tapi Insya Allah  banyakan sukanya daripada dukanya).. Insya Allah untuk masalah rezeki,  yakinlah apa yang kita berikan untuk pasangan hidup kita, akan menjadi  tambahan amal shalih kita dan akan Allah cukupkan rezeki-NYA bagi yang  ingin menggenapkan setengah diinnya..
Aamiin ya Robbal ‘Alamiin..
Sumber : http://ayonikah.net/

 
