“Nama saya Siska, umur 32 tahun dan belum menikah,” senyum Siska  percaya diri dihadapan beberapa manajer dari berbagai kantor cabang  dalam sebuah rapat besar marketing yang diselenggrakan setahun sekali.  Kali ini pun rapat tahunan tersebut diselenggarakan di Yogyakarta.
“Kenalkan sis, ini Dino, salah satu wakil manajer marketing dari  bandung,” Sari, salah seorang sekretaris di kantor Dina yang juga  merupakan kawan karib Dina mengenalkan seorang pria berbadan kurus  berkacamata yang tersenyum dengan dua buah gigi depan maju sedikit.
“Dino..” sang pria menganggukkan kepalanya sambil tersenyum pada  Siska. Namun Siska menolak mengulurkan tangannya. ”Akh biar saja, aku  kan pakai jilbab, dia harus tahu dong bahwa wanita muslimah gak boleh  salaman” ujar Siska dalam hati. Ketika Siska memiliki pemikiran seperti  itu, raut wajahnya menjadi agak keras dan kaku, senyumnya pun terpaksa  nampak berurai di wajah Siska.
Tak lama mereka bertiga terlibat dalam pembicaraan yang menurut Siska  membosankan, dia hanya menjawab ya dan tidak saja, serta  sebentar-sebentar melirik jam tangannya. “Sorry ya.. Sar, aku ke toilet  dulu, mari mas saya duluan..” Siska kemudian berlalu dengan memberi  alasan yang dianggapnya masuk akal.
Petang hari setelah acara meeting yang melelahkan itu selesai, Sari  dengan wajah cemberut menegur Siska, “kau gimana sih Sis, jangan sombong  dan terlalu jual mahal gitu dong, aku kan mau kenalkan kamu dengan  Dino, memang wajahnya biasa saja, namun  kariernya, ini nih.. (Sari  menepuk dahinya sendiri), cerdas.. orangnya juga baik hati dan aku lihat  cukup rajin kok sholat dan…”,“Sudahlah Sar,” potong Siska sebal, “aku  kan  bukan anak kecil lagi yang harus diatur dengan siapa aku harus  berkenalan,” Siska menyahut sambil berlalu. “Ukhh, susah sis, kalau kamu  sok kayak gitu, gak ada lelaki yang bakalan mau jadi suami kamu, dan  kamu akan jomblo seumur hidup lho,” Sari menyumpah dengan kesal.
Niat Sari memang baik, mengenalkan Siska dengan seorang pria agar  Siska bisa menyudahi masa lajangnya. Niat baik selalu ada di mana-mana  buat gadis manis seperti Siska. Mulai dari ibunya yang mengenalkan Siska  dengan anak-anak kawan arisannya, juga niat baik dari paman Adi dan  bibinya, yang bulan ini akan menikahkan anaknya. Dalam acara rapat  pernikahan anaknya paman Adi, yang dikenal dengan Ririn, sepupu Siska  yang usianya 8 tahun lebih muda, rencananya Siska akan dikenalkan dengan  seorang duda muda, kawan bisnis paman Adi. Namun mendengar kata duda,  Siska dan ibunya sudah alergi duluan. “Memang aku gak laku banget apa?  Sampai harus menikah dengan duda” demikian pikir Siska, yang diaminkan  oleh ibunya.
Namun Siska lagi-lagi serba salah, ketika dalam perjumpaan-perjumpaan  acara keluarga, semua sanak saudara menanyakan kondisinya yang masih  lajang di usia tua. Pertanyaan pertanyaan meluncur seru, “mana nih  calonnya..? kapan nih nyusul Ririn, Ririn yang lebih muda saja sudah mau  menikah akhir bulan ini.. kamu kapan? wah, calonnya Siska disembunyikan  terus nih, kapan dibawa..?” Siska hanya bisa tersenyum saja dan  sesekali membalas, sementara ibu dengan wajah kurang enak berusaha untuk  mengalihkan pembicaraan agar anak gadis semata wayangnya tidak terus  dijadikan bulan-bulanan  pertanyaan yang membuat Siska merasa risih.
Kasihan Siska, siapa sih yang tidak mau menikah, siapa sih wanita  yang tidak mau punya suami, tidak mau punya anak, tidak mau berkeluarga,  semua wanita sudah diciptakan dengan fitrahnya yaitu mencintai,  dicintai, ingin dilindungi, merawat anak, bahkan dalam kandungannya pun  sudah Allah titipkan Rahim, sehingga sifat penyayang sudah tertanam  dalam dirinya untuk menyayangi anak-anak yang banyak dan juga suami yang  diberikan oleh Allah. Namun kapan..? Kapan jodoh itu datang? Haruskah  Siska menjomblo seumur hidup, seperti yang diungkapkan Sari, kawannya  yang sudah menikah dan punya anak 3?
Siska haruslah introspeksi diri, jangan terlalu memilih dan  mendahulukan keinginan untuk mendapatkan lelaki yang sempurna, lihatlah  diri sendiri, bukankah juga masih bayak kekurangan yang dimilikinya.  Tentulah lelaki manapun yang datang dan menghampirinya atau dikenalkan  atau dijodohkan oleh kawan maupun sanak saudaranya memiliki kekurangan  dan kelebihan masing-masing. Berdo’alah agar jiwa menjadi lebih tenang  untuk dapat melunakkan hawa nafsu dan keinginan dalam mendapatkan suami  dengan kriteria macam-macam, menjadi semacam saja dulu, yaitu lelaki  yang soleh.
Cukuplah lelaki yang soleh dan baik imannya merupakan kriteria utama  bagi para wanita yang ingin mendapatkan suami. Jangan terlalu banyak  kriteria dan jangan terlalu banyak memilih, cukuplah dengan satu pilihan  yaitu lelaki yang taat beragama, soleh dan mampu membimbingnya ke  surga.
Rasulullah SAW bersabda : Dikatakan Abu Hatim Al Muzanni.ra., bahwa  Rasulullah SAW bersabda, “Apabila datang kepada kalian lelaki yang  agama dan akhlaknya kalian ridhoi, maka nikahkanlah dia (dengan anak  perempuan kalian). Jika kalian tidak melakukannya niscaya akan timbul  fitnah dan kerusakan di bumi.
Dan firman Allah dalam Al Quran dalam surat Adz-Dzariyaat ayat 49, yang berbunyi :
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz-Dzariyaat [51] : 49)
Dikutip dari : http://www.eramuslim.com 

 
