Alkisah…di Kufah ada seorang pemuda
tampan, serta sangat rajin beribadah, wajahnya selalu penuh dengan
linangan air mata, karena begitu takutnya dengan Allah, dan begitu
gembiranya atas segala karunia Allah. Suatu hari, karena ada suatu
keperluan, pemuda tersebut berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’,
lisannya tidak pernah berhenti dari zikir, selalu mengagungkan nama
Allah, derap langkahnya bijaksana, setiap ada orang dia sapa dengan
ramah, di saat sedang berjalan, pemuda itu bertemu dengan seorang wanita
dengan kecantikan seindah bidadari surga, jilbab yang lebar, wajah yang
rupawan, derap langkah yang mempesona, sungguh menjadi pesona tiap
pemuda yang merindukan istri yang shalehah, di saat mata mereka saling
menatap, ada sebuah gejolak rasa yang aneh melintas di dalam dada,
perasaan aneh yang semakin bergelora, semakin lama semakin menyiksa, dan
akhirnya berpuncak pada suatu kesadaran kepada keduanya, Astagfirullah,
rupanya syaitan sudah mulai menancapkan godaan sesatnya, keduanya
menunduk, mengalihkan pandangan demi menjaga kemuliaan.
Malamnya sungguh menjadi malam
yang sangat menyiksa bagi sang pemuda, entah kenapa shalat malamnya
menjadi terganggu, setiap dia mengangkat takbir, maka bayangan wanita
tersebut kembali muncul, merasuki pikirannya, menghantui jiwanya, air
mata pemuda semakin deras, ketika dia kehilangan kekhusukan shalatnya,
setelah sekian lama berkecamuk, mencoba melawan bayangan si wanita,
pemuda itu jatuh, tersungkur, dan akhirnya pingsan, dengan lelehan air
mata yang terus mengalir.
Sedangkan di tempat yang
berlainan, sapu tangan wanita basah kuyup akibat menahan air matanya,
dia tidak bisa menahan kerinduan yang berkecamuk di dalam dada, setiap
cerita dan pendapat dari orang-orang yang mengenal tentang keshalehan
dan kemuliaan akhlak sang pemuda sudah membuatnya cukup untuk merasakan
cinta, apalagi ketampanan pemuda yang bisa di kategorikan nabi yusuf
zaman sekarang semakin membuatnya menggila, rasa rindu semakin
menyiksanya.
Di saat batin sudah menjerit,
hati tidak bisa menahan, dan kerinduan tidak terbantahkan, berangkatlah
sang pemuda untuk menemui sang ayah wanita yang menarik hatinya, dengan
tujuan melamar untuk memuliakan wanita, dan untuk menjaga pandangannya
serta menyempurnakan separuh agama, tetapi jawaban sang ayah wanita,
seperti guntur yang menggelora, siap mencabik siapa saja yang dekat
dengannya, apalah daya, jika si wanita, telah di jodohkan dengan
sepupunya, pemuda pulang dengan tangan hampa, hanya iman di dalam dada,
yang bisa membuatnya sekuat baja, meskipun tangan seakan menggenggam
bara, tetapi baginya, cobaan adalah bentuk dari kasih sayangNya.
Walau demikian, ternyata cinta
di antara keduanya benar-benar semakin bergelora, akhirnya sang wanita
mengirim surat dengan bantuan seseorang kepada sang pemuda, begitu tahu
surat tersebut dari pujaan hatinya, sang pemuda gembira seakan memiliki
dunia, di genggamnya surat tersebut, lalu di bacanya dengan perlahan.
“Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku”.
Batin pemuda semakin tersiksa,
dia mempunyai dua pilihan, antara bersenang-senang dengan wanita yang di
cintainya meskipun mendapat laknat Allah, atau menolak permintaan
pujaan hatinya demi menjaga kemuliaan dirinya, pesona positif dan
negatif di dalam dirinya, bertarung sengit, tapi dia yakin, bahwa Allah
akan melaknatnya dengan hina, jikalau dia menerima ajakan si wanita,
lalu pemuda membalas suratnya.
“Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, “sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.” (Yunus:15). Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.”
Setelah membaca surat dari
pemuda, luluhlah hati sang wanita, dia menyadari bahwa syaitan sudah
menguasai dirinya, si wanita berkata “Walau demikian, rupanya dia masih
takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak
untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama
berhak untuk itu.” Dia tebus kesalahannya dengan meningkatkan
ketakwaannya, dia jauhi urusan dunia, akan tetapi, dia masih memendam
rindunya kepada pemuda, tubuhnya mulai semakin kurus dan kurus menahan
rindunya, sampai akhirnya, sang wanita menutup mata untuk
selama-lamanya, meninggalkan dunia yang fana. Sang pemuda sering datang
menziarahi kuburnya, dia menangis dan mendoakan kebaikan bagi wanita
yang di cintainya, suatu hari sang pemuda tertidur di atas kuburannya,
dia bermimpi bertemu sang wanita yang dicintainya dalam penampilan yang
sangat baik, dalam mimpi, sang pemuda bertanya kepada wanita, “Bagaimana
keadaanmu? Dan apa yang kamu dapatkan setelah meninggal?”
Sang wanita menjawab
“Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah
cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”
Pemuda itu bertanya, “Jika
demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada
kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang
dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu berkata, “Aku harap
kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak
melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan
aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Subhanahuwataala) agar
kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan
kesungguhanmu dalam ibadah.”
Si pemuda bertanya, “Kapan aku
bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat
kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh
Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Begitu indahnya, jikalau cinta,
menjadikan seseorang dalam ketaatan, begitu indahnya, jikalau cinta,
bersatu dalam ikatan, dan kembali bertemu dalam surgaNya, kekal
selama-lamanya dalam kebahagiaan, oh cinta, begitu suci dan mulianya,
sebuah cinta yang terjalin dalam ketaatan.
Ketika kita membaca perkataan
dari sang wanita “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah
cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.” Betapa
mulianya jikalau cinta sebagus itu, tapi ketika melihat fenomena di
depan mata, sungguh kesucian cinta begitu ternoda, kesucian cinta telah
ternoda dengan aktifitas zina, “pacaran” merajalela, dan menjadi menu
wajib bagi para kawula muda, andai mereka sadar, betapa
terbahak-bahaknya syaitan melihat kelakuan mereka, jikalau cinta bisa di
dapatkan melalui “pacaran”, maka siap-siaplah mereka menderita,
siap-siaplah mereka tertipu. Ketahuilah saudaraku, tidak ada yang
namanya cinta dalam aktifitas pacaran, semuanya embel-embel zina yang di
kemas syaitan menjadi perilaku yang menyenangkan, yang namanya zina,
itu tidak hanya pada bagian antara pusar sampai lutut, semua anggota
tubuh bisa jadi terdakwa, zina mata karena melihat, zina kata-kata
karena rayuan gombal, zina hati karena berangan-angan, dan sebagainya,
saudaraku, tundukkanlah pandanganmu demi kemulian, jangan biarkan
kulitmu di tembus oleh besi dari neraka karena bersentuhan dengan yang
bukan mahram, cukuplah Allah sebagai penolongmu dan tempat berserah
diri.
Kita lihat, orang pacaran paling
alim pegangan tangan, begitu mudahnya cinta di ungkapkan, aku
mencintaimu, tetapi dia mengajak pasangannya ke dalam kemaksiatan,
apakah seperti itu yang di katakan cinta, bahkan banyak para muslimah
yang dulunya penuh ketaatan, tetapi berubah drastis karena aktifitas
pacaran, tidak sedikit teman-teman muslimah yang saya kenal terperangkap
oleh belenggu seperti itu, meskipun dia memakai kerudung, sering
belajar agama, tetapi karena aktifitas pacaran, semuanya menjadi kabur,
mereka senang-senang saja saat tangan sang pemuda menyentuh tubuhnya,
menyentuh kulitnya, masya Allah, mudah-mudahan kita semakin istiqomah di
jalan ketaatan, dan bagi saudara-saudariku yang sedang melakukan hal
itu, semoga Allah melembutkan hatimu, menyadarkanmu dari belenggu
syaitan.
Sebaik-baik cinta adalah cinta yang di balut dalam ikatan suci pernikahan, saudaraku, bila engkau mencintai seseorang, bingkailah dirimu dan dirinya dengan tali yang di rahmatiNya, sambutlah dirimu dan dirinya dengan keindahan cinta di atas cinta, mohonlah kemantapan untuk membingkai cintamu dalam ikatan suci pernikahan.
Sumber : http://myhoney.isgreat.org