Oleh : Elik Susanti
Jodoh, rejeki dan kematian adalah rahasia mutlak milik Allah SWT,
Sang Maha Agung dan Bijaksana, tidak ada satu makhluk pun yang dapat
mengetahuinya kecuali Sang Pemilik diri kita. Hal tersebut telah
terpatri erat dalam pikiranku sejak dulu. Ini yang mendorongku untuk
terus berikhtiar, istiqomah dan selalu ber-khusnudzan kepada Allah Azza wa Jalla tentang kapan saatnya tiba menemukan belahan jiwaku.
Dalam proses pencarian diusiaku yang keduapuluhenam, beberapa teman dekat mulai dijajaki, ta'aruf pun dilakukan. Dalam proses ta'aruf,
salah seorang sempat melontarkan ide tentang pernikahan dan rencana
khitbah. Namun herannya, hati ini kok emoh dan tetap tidak tergerak
untuk memberikan jawaban pasti. Hey, what's going on with me?
Bukankah aku sedang dikejar usia yang terus merambat menua? Bukankah aku
sedang dalam proses pencarian belahan jiwa? Apalagi sebagai anak
terakhir dari lima bersaudara, yang semuanya sudah berumahtangga,
tentunya semua keluargaku sudah sangat mendambakan aku segera
menyempurnakan separuh dienku, apalagi ibuku.
Sungguh teramat berat menjalani hidup dengan status lajang. Belum
lagi lingkungan kerja dan di desa tempat keluargaku tinggal saat ini di
mana kabar – seringnya gosip atau gunjingan – cepat menyebar,
benar-benar merupakan cobaan besar yang harus dihadapi. Tetapi, semuanya
aku jalani dengan penuh keikhlasan. “Ya, mungkin saya masih harus
bekerja lebih banyak waktu buat masyarakat”, hanya itu yang bisa aku
katakan setiap ada yang menanyakan kenapa belum menikah. “Ya, mungkin
Allah masih belum mempercayakan seorang suami kepada saya dan saya masih
harus belajar mengurangi ego sebelum saya menjadi seorang isteri”,
kataku di lain waktu. “Ya, mungkin Allah memberi waktu saya lebih banyak
mencurahkan waktu buat orang tua”, balasku ringan.
Mereka mengatakan bahwa aku adalah type 'pemilih' yang lebih suka
jodoh yang tampan, kaya raya dan baik hati, dan lainnya yang serba super
dan wah. Tapi, aku gelengkan kepalaku ke arah mereka karena kriteria
seorang calon suami bagiku adalah si dia seorang muslim sejati yang
mempunyai visi yang sama untuk membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah,
bahagia dunia akhirat, satu untuk selamanya, yang mempunyai tujuan
menikah tidak hanya untuk meneruskan keturunan saja, tapi untuk
beribadah dan menambah keimanan kita dan bukan sebaliknya, dan itu akan
terwujud jika Allah mengkaruniakan pasangan yang tepat untuk kita.
Dan aku percaya bahwa tidak akan ada yang tertukar dari pemberian
Allah, Allah akan memberikan yang terbaik dan indah pada waktunya. Tapi
lucunya, kalau diminta untuk mengejewantahkan ke dalam diri seseorang,
jujur saja aku tidak tahu.
Again, jodoh memang benar - benar sebuah rahasia yang mutlak milik
Allah SWT. Proses pertemuanku dengan sang suami pun bak cerita dongeng.
Jangankan sahabat atau rekan kantor, pun jika kami kembali me-rewind proses pertemuan kami, wuih... Unbelievable! But it happened! Subhanallah...
Suamiku adalah sosok yang biasa dan sederhana, namun justru
kesederhanaan dan keterbiasaannya itulah yang memikat hati ini. Dan, alhamdulillah
hampir mendekati kriteria seorang suami yang aku dambakan. Di beberapa
malam kebersamaan kami, suami sering menanyakan kepadaku tentang satu
hal, "Apakah kamu bahagia menikah dengan aku?"
Aku pun menjawab dengan jeda waktu sedikit lama, "Ya, aku bahagia. " Masya Allah,
seandainya suamiku tahu, besarnya rasa bahagia yang ada di dada ini
lebih dari yang dia tahu. Besarnya rasa syukur ini memiliki dia cukup
menggetarkan segenap hati sampai aku perlu jeda waktu untuk menjawab
pertanyaannya. Hanya, aku masih belum mampu mengungkapkan secara verbal.
Allah yang Maha Mengetahui segala getaran cinta yang ada di hati bunda,
Allah yang Maha Mengetahui segala rasa sayang yang ada di jiwa bunda.
Karena, atas nama Allah bunda mencintai ayah.
Pertama kali aku kenal dengan suamiku adalah waktu itu siang hari
saat bulan suci ramadhan hampir berakhir, aku sedang mengikuti ceramah
Aa’ Gym kesukaanku di TV, tiba – tiba aku dikagetkan oleh dering suara
telepon ”Assalamualaikum, bisa bicara dengan elik?” kata si empunya suara dari seberang sana. ”Waalaikumsalam, Iya, saya sendiri” jawabku. Taufan adalah pemilik suara di telepon itu, dia tahu identitasku dari sebuah cyber Islami yang mana aku adalah salah satu anggotanya. Akhirnya kami terlibat dalam sebuah pembicaraan.
Sebelumnya kami berdua belum mengenal satu sama lain. Hanya
kesabaran, perhatian dan pengertiannya sempat mampir di dalam pikiranku.
Setelah itu kami kerap berhubungan lewat telepon sekedar untuk
mengobrol dan saling mengenal satu sama lain. Perkenalan kami diawali
saat itu, sebelum akhirnya kami memutuskan untuk ta’aruf. Di sinilah aku
merasakan kuasa Allah yang sangat besar, ternyata kami banyak menemukan
kecocokan dan sepertinya dia seseorang yang bisa diajak menggapai surga
dunia dan akhirat.
Namun beberapa hari kemudian, entah kenapa wajahnya yang kulihat lewat foto yang dia kirim ke emailku mulai hadir di pikiranku kembali. Ternyata hal yang sama pun terjadi di pihak sana. Kami pun sepakat untuk melakukan istikharah. Subhanallaah, tidak ada kebimbangan sama sekali dalam hati kami berdua untuk menyegerakan hubungan ini ke dalam pernikahan. Namun saat ini aku harus bersabar menunggu sampai dia pulang dari negeri sakura, karena saat itu dia sedang ada di negeri itu untuk bekerja, kembali kesabaranku diuji.
Namun beberapa hari kemudian, entah kenapa wajahnya yang kulihat lewat foto yang dia kirim ke emailku mulai hadir di pikiranku kembali. Ternyata hal yang sama pun terjadi di pihak sana. Kami pun sepakat untuk melakukan istikharah. Subhanallaah, tidak ada kebimbangan sama sekali dalam hati kami berdua untuk menyegerakan hubungan ini ke dalam pernikahan. Namun saat ini aku harus bersabar menunggu sampai dia pulang dari negeri sakura, karena saat itu dia sedang ada di negeri itu untuk bekerja, kembali kesabaranku diuji.
Penantianku selama 7 bulan ternyata membuahkan hasil, setelah Taufan
kembali dari negeri sakura, dia dan keluarganya mengkhitbahku. Mungkin
ini buah kesabaran yang Allah berikan kepada kami. Kami rasakan 'tangan'
Allah benar-benar turun menolong memudahkan segala urusan. Sujud syukur
kami berdua, karena semua acara berjalan begitu lancar, dari mulai
dukungan seluruh keluarga, urusan penghulu dan pengurusan surat-surat ke
KUA.
Maha Suci Allah, hal tersebut semakin menguatkan hati kami, bahwa
pernikahan ini adalah rencana terbaik dari Allah SWT dan Dia-lah
Pemersatu bagi perjanjian suci kami ini. Dalam isak tangis kebahagiaan
kami atas segala kemudahan yang diberikan-Nya, tak pernah putus kami
bersyukur akan nikmat-Nya. Insya Allah, pernikahan kami
merupakan hijrahnya kami menuju kehidupan yang lebih baik dengan
mengharap ridha Allah, karena perkenalan itu berawal saat bulan suci
ramadhan, saat Allah membukakan pintu maaf dan mengabulkan semua doa
umatNya yang memohon kepadaNya.
Akhirnya setelah sekian lama aku mengembara mencari pasangan hidup
ternyata jodohku adalah orang tak pernah kuduga selama ini. Inilah
rahasia Allah SWT yang tidak pernah dapat kita ketahui kecuali dengan
ber-khusnudzan kepadaNya. Percayalah, bahwa Allah SWT adalah
sebaik-sebaik Pembuat keputusan. Serahkanlah segala urusan hanya kepada
Allah semata, percayalah selalu akan janji Allah di dalam firman-Nya,
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. " (QS. Ar-Ruum: 21).
Jangankan manusia, hewan dan buah-buahan pun diciptakan Allah berpasangan. Ber-khusnudzan
selalu kepada-Nya bahwa, entah esok, lusa, satu bulan, satu tahun atau
bahkan mungkin sepuluh tahun nanti, dengan izin Allah, jodoh kita pasti
akan datang. Pasangan jiwa yang terbaik yang dijanjikan dan
dipersatukan-Nya dalam perjanjian suci yang disebut pernikahan.
Di saat umurku yang makin bertambah dan saat peluang menikah semakin
memudar seperti anggapan sebagian orang, di tengah tatapan sinis
sekelilingku, aku mampu memupuk keyakinan bahwa suatu saat, cepat atau
lambat, Allah akan memberikan apa yang kuminta. Bahwa suatu ketika
balasan itu pasti datang. Hari ini aku melihat bukti nyata hasil
kesabaranku. Rangkaian panjang do’a-do’aku yang tak pernah putus
terkabul sudah.
Sikap bersahabatku kepada setiap orang yang selalu mempermasalahkan
statusku sungguh telah berbalas dengan sebaik-baik balasan,
mempertemukanku dengan seseorang yang teguh dalam menjalankan perintah
Allah dan Rasul-nya, yang meskipun lebih muda dariku, tapi lebih
memandang jiwa daripada rupa. Hari ini aku menyakini bahwa bersabar
memang pekerjaan yang sulit, tetapi bukan hal yang tidak mungkin
dilakukan dan sungguh kita pasti akan memetik buah kesabaran kita,
sebagaimana dikatakan, “Sungguh akan dipenuhi bagi orang-orang yang
sabar pahala tanpa hitungan” (QS Az Zumar 10).
Bersabar bukan hanya sekedar kerelaan menunggu atas tertundanya suatu
keinginan, bukan hanya sekedar kemampuan menerima setiap masalah dengan
lapang dada. Lebih dari itu, bagi seorang muslim bersabar adalah
manifestasi kepercayaan akan keberadaan Rabb-nya, bentuk nyata prasangka
baiknya kepada Sang Khalik yang Maha Mengetahui, Maha Mengasihi dan
Maha Penolong. Bersabar juga adalah wujud keyakinan yang muncul dari
lubuk hati akan segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah dan
bentuk kemampuan untuk mempergunakannya dengan optimal.
Seorang muslim yang bersabar akan selalu memandang jauh ke depan
dengan penuh optimisme. Bersabar berarti mampu memandang dengan sisi
yang berbeda setiap kendala. Ketika merasakan betapa sulitnya menggapai
suatu usaha, aku yakin bahwa setiap tetesan peluh kita menyimpan makna.
Ketika merasakan sesaknya himpitan masalah, kita akan melihat pelajaran
berharga yang bisa kita petik dari kesulitan-kesulitan yang menerpa kita
dan menjadikannya sebagai tonggak meraih harapan-harapan dalam hidup
kita. Jika kita merasa belum mendapatkan keinginan kita, maka kita akan
semakin rajin menempa diri, memperbaiki diri, mengkoreksi diri mencari
sebab mengapa do’a do’a kita belum juga dikabulkan.
Semoga tulisan ini dapat mewakili perasaan dan harapan ade, yang
mungkin sulit untuk ade ungkapkan dalam kata – kata. Semoga doa kita
dikabulkan-Nya. Amin. I hope this is our Endless Love...
Sesungguhnya tak pernah sang kekasih mencari tanpa dicari oleh kekasihnya. Apabila kilat cinta t'lah menyambar hati ini, ketahuilah bahwa ada cinta dalam hati yang lain.
Sesungguhnya tak pernah sang kekasih mencari tanpa dicari oleh kekasihnya. Apabila kilat cinta t'lah menyambar hati ini, ketahuilah bahwa ada cinta dalam hati yang lain.
Apabila cinta Allah bertambah besar di dalam hatimu pastilah Allah
menaruh cinta atasmu. Tak ada bunyi tepuk tangan hanya dengan satu
tangan.
Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan ketetapan yang membuat kita
cinta satu dengan yang lain sampai akhir hingga dunia akan terpelihara
oleh kesatuan kita..
God know what we need not what we want...
Courtesy Of : Eramuslim.com