Hidayah, hadir dengan jalan berbeda dan tidak bisa  dipaksa-paksa. Itulah pokok pembicaraan kami malam itu, usai mengaji  sambil menunggu waktu Isya datang. Kami saling bertukar cerita, kapan  dan bagaimana hidayah datang dan tetap bertahan hingga sekarang.
“Saya kembali rajin sholat tahajjud setelah mendengar sebuah lagu  sholawat di komputer saya. Saat itu saya sedang kerja lembur, hanya  sendirian. Untuk mengusir sepi, saya memutar lagu-lagu sholawat yang  banyak tersimpan di komputer. Entah karena suasana kantor yang sepi,  atau karena memang sudah saatnya hidayah itu datang kembali, syair lagu  yang menceritakan ketuamaan sholat tahajjud dalam bahasa Jawa itu  benar-benar menyentuh hati. Saya yang sudah sekian lama tak mengerjakan  sholat tahajjud, kembali tergugah untuk menjalankan sholat tahajjud.  Alhamdulillah, sejak itu hingga sekarang saya kembali bersemangat  mengerjakan sholat tahajjud. Setiap malam sebelum tidur, saya setel  alarm di hp saya agar bisa bangun jam setengah tiga,” kisah salah satu  jamaah tentang sebuah syair lagu sholawat yang dirasakannya telah  membangkitkan kembali semangat sholat tahajjud yang sudah berbulan-bulan  ditinggalkannya.
“Kalau saya kembali rutin berpuasa sunnah Senin-Kamis lantaran teman  kerja, ketika saya masih bekerja di perusahaan yang lama. Kala itu hari  pertama kerja setelah libur lebaran. Saat jam istirahat, Sarni ( nama  teman kerja saya ), tetap asyik dengan pekerjaannya. Ketika saya tanya,  rupanya dia sedang puasa sunah bulan syawal. Mendengar itu, saya dan mas  Yatno yang kebetulan bertugas satu mesin dengannya sepakat untuk  berpuasa sunah bulan syawal muali besok paginya. Alhamdulillah, sejak  saat itu saya kembali rajin berpuasa sunah Senin Kamis, juga puasa  tengah bulan tanggal 13, 14 dan 15. Sudah lebih dari tujuh tahun kami  tak berkumpul lagi,semenjak saya keluar dari perusahaan tersebut. Semoga  mereka berdua senantiasa istiqomah dan diberkahi Allah,” kenang seorang  jamaah lainnya. Dia merasa dua orang rekan kerjanyalah yang telah  membangkitkan kembali semangatnya untuk berpuasa sunnah.
Seorang jamaah yang lain menimpali dengan ceritanya, bagaimana sang  istri kini istiqomah mengenakan jilbab di rumah. “Kalau istriku, jujur  saja mengenakan jilbab karena awalnya  terinspirasi dari salah satu  artis yang diidolakannya. Sang artis merubah penampilannya dengan  mengenakan jilbab yang sesuai syar’i. Awalnya saya agak cemas,  jangan-jangan istriku hanya sekedar mengikuti trend saja, dan kembali  melepas jilbabnya jika satu saat sang artis melepaskan jilbabnya. Tapi  Alhamdulillah, sudah tiga tahun lebih istriku berjilbab. Bukan hanya  ketika hendak bepergian, tapi dirumahpun dia tetap mengenakannya. Yang  lebih membuatku bersyukur, rupanya keinginannya berjilbab bukan semata  karena artis idolanya. Ia sudah mantap dan merasa nyaman dengan  penampilannya sekarang, bahkan ia tak lagi mengidolakan sang artis.  Baginya lebih pantas jika ia mengidolakan Siti Khadijah ataupun Siti  Aisyah.”
Seorang jamaah di sebelah kiriku membagi cerita tentang kebiasaanya  berwudlu ketika hendak bepergian atau berangkat kerja. “Saya sering  membaca artikel di salah satu situs Islam, bahkan saya kemudian  mengoleksi tulisan-tulisan yang dikirim oleh pembaca situs tersebut  dalam komputer saya. Sampai saat ini jumlahnya sudah ratusan bahkan  sepertinya sudah hampir mencapai ribuan. Salah satu tulisan yang sangat  berkesan dan membawa perubahan pada kebiasaan saya adalah tentang  seseorang yang senantiasa menjaga wudhunya. Sebelumnya saya hanya  berwudhu hanya ketika hendak sholat atau membaca Al Quran. Tapi setelah  membaca artikel tersebut, setiap hendak bepergian, termasuk akan  berangkat kerja , saya wudhu terlebih dulu. Hanya saja, saya belum bisa  untuk terus memperbaharui wudhu ketika jam kerja. Pernah ada teman kerja  yang menyangka bahwa saya mengantuk, sehingga harus mondar-mandir ke  kamar mandi untuk cuci muka. Tapi bukan karena itu, bukan karena risih  dengan pertanyaan mereka, sebab setelah kujelaskan, mereka tak lagi  mempermasalahkannya. Hanya saja, jujur saya sendiri yang belum bisa  menjaganya. Ada saja godaannya, paling sering adalah saya jadi sering  merasa ingin buang angin, dan terkadang jadi malas untuk sering-sering  berwudhu kembali. Tapi paling tidak, setiap mau berangkat kerja dan juga  bepergian lainnya, saya selalu mengusahakan untuk berwudhu terlebih  dulu. Alhamdulillah, ada perasaan nyaman ketika bepergian dalam kondisi  berwudhu.”
“Dulu aku berfikir tak perlu sholat di mushola, toh di rumah aku juga  sudah sholat berjamaah dengan istri dan anakku. Namun pandanganku  berubah, terutama setelah aku bertemu dengan ‘malaikat’. Aku anggap  demikian karena sampai saat ini aku tidak tahu pasti siapa dan yang mana  pria muda yang telah mengubah pola pikirku tentang sholat di mushola.  Seorang remaja berpakaian muslim, lengkap dengan sarung dan peci  berpapasan di jalan, ketika aku baru pulang dari jalan-jalan dengan  keponakan. Aku masih ingat, saat itu dia baru pulang dari sholat Ashar  di mushola. Ajaib, melihat penampilannya yang sangat jarang kulihat di  sekitar sini, terutama untuk anak muda seumuran dia,  saat itu juga aku  tergugah dan langsung berazam untuk sholat berjamaah di mushola.  Alhamdulillah, sejak saat itu sampai sekarang, aku benar-benar telah  jatuh hati dengan mushola ini,” kenangku tentang pria muda ‘misterius’  yang sampai saat ini tak pernah kuketahui secara pasti.
“Kalau aku, meski terkadang hanya dua rokaat, aku berusaha untuk  tetap sholat Dhuha. Tak masalah jika yang kulakukan terlihat asing di  kantorku, karena itu jugalah yang dilakukan oleh teman kerja yang  berlainan kantor denganku. Sebelum kerja di perusahaan sekarang, aku  hampir tidak pernah mengerjakan sholat Dhuha. Di perusahan yang lama,  rasanya belum pernah aku melihat ada yang melakukan sholat Dhuha. Tapi  alhamdulillah, di perusahan sekarang aku mengenal seorang yang istiqomah  menjalankan sholat Dhuha. Aku salut dengannya, dan aku berusaha untuk  tetap menjalankannya sebelum memulai bekerja. Aku sengaja menyisakan  tempat seukuran sajadah di sela-sela rak file khusus untuk aku sholat  dhuha,” kisah jamaah yang duduk di ujung.
***
Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendakinya, dengan jalan yang berbeda-beda.Tak  selamanya hidayah datang kepada seseorang pada saat mengikuti sebuah  pengajian. Tak jarang, ceramah seorang dai kondang  hanya sekedar di  dengarkan tanpa mampu menggugah jamaah yang mendengarkan untuk  melakukannya. Tapi, terkadang dari sebuah kejadian sederhana yang jauh  dari forum-forum pengajian, hidayah itu datang kepada sesorang,  menyentuh dan menggerakannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hidayah tidak bisa dipaksa-paksa, kalaupun bisa  biasanya tidak bertahan lama. Hidayah akan tetap bertahan manakala  seseorang menerima dengan segala kesadarannya. Seperti jamaah yang rajin  sholat tahajud, ia tak pernah putus asa meskipun istrinya belum  mengikutinya. Ia tetap optimis dan berdoa agar Allah memberikan juga  hidayah itu pada istrinya. Juga jamaah yang rajin puasa sunah, ia tak  pernah terpengaruh rekan-rekan kerjanya yang tidak puasa. Dia berharap,  satu saat nanti mereka akan mendapatkan hidayah, sebagaimana dulu dia  mendapatkan hidayah melalui teman kerjanya. Atau istri seorang jamaah  yang memutuskan untuk mengenakan jilbab, ia tetap istiqomah meskipun ibu  dan adik kandungnya sampai saat ini belum mengikuti langkahnya. Ia  yakin, keinginan itu sudah ada hanya mungkin masih menunggu waktu yang  tepat. Juga jamaah yang selalu menjaga wudhunya, meski sampai saat ini  belum bisa selalu memperbarui wudhunya, ia tetap beruasaha agar hidayah  itu tetap tertanam di hatinya. Begitupun aku, meski saat kejadian yang  kuanggap awal hidayah itu aku bersama dengan keponakanku, sampai saat  ini dia belum sepenuhnya melakukan sholat berjamaah di mushola, namun  aku yakin satu saat nanti dengan izin Allah ia juga akan mengikuti  langkahku. Juga, jamaah yang rajin mengerjakan sholat dhuha tak membuat  rekan kerja lainnya tersadar untuk sholat bahkan untuk sholat wajib  sekalipun, namun dia tetap berharap satu saat nanti hidayah akan  mendatanginya dengan caranya yang terkadang tidak terduga.
Bagaimana dengan Anda? Semoga tulisan ini bisa menjadi jalan agar  hidayah itu bisa masuk dan tetap bertahan pada diri kita. Insya Allah...
By : Abi Sabila
  

 
