Seperti hari-hari sebelumnya, saya diantar suami berbelanja ke sebuah  tempat dimana tukang sayur biasa berkumpul. Bukan pasar, hanya sebuah  jalan yang ramai dilalu orang dan ada sekitar empat gerobak sayur  disana. Mobil pun diparkir di tempat yang aman.
Dalam perjalanan menghampiri tukang-tukang sayur tersebut saya  berpapasan dengan seorang penyapu jalanan yang usianya  sudah tua. Ia  berjalan pincang dengan membawa sapu lidi dan pengki usangnya. Matanya   awas dengan sampah yang berserakan di jalanan. Jarinya yang tak lagi  utuh, cekatan memainkan sapu lidi hingga sampah-sampah itu tak berkutik.  Sesekali ia berbincang dengan para tukang ojek yang juga mangkal. Saya  tak berani memandang lama wajahnya. Sekilas tampak bibirnya cacat tak  dapat mengatup satu dengan lainnya.
Sebenarnya buat kami, sudah sering kami berpapasan dengan Pak Tua  penyapu jalanan ini. Namun jujur saja, baru kali ini aku dan suamiku  tergerak hati untuk memberinya uang. 
" Bun, ada 20 ribuan gak ?" pinta suamiku
" Ada, buat apa ?" jawabku setelah mengecek isi dompet
" Itu buat tukang sapu..." jawab suamiku
" Ooh ...." saya langsung memberikan uang itu pada suami lantas bergegas menuju para tukang sayur .
" Bun, ada 20 ribuan gak ?" pinta suamiku
" Ada, buat apa ?" jawabku setelah mengecek isi dompet
" Itu buat tukang sapu..." jawab suamiku
" Ooh ...." saya langsung memberikan uang itu pada suami lantas bergegas menuju para tukang sayur .
Setelah berbelanja, kami langsung pulang dan melupakan aktivitas  tadi. Suamiku pun bersiap untuk berangkat kerja.   Aku teringat belum  membayar tagihan telpon dan internet. Sementara e-banking entah mengapa sedang tidak berfungsi. Terpaksa aku harus pergi ke atm. Dengan mengendarai mobil aku bergegas menuju atm.
Saat perjalanan pulang, dari  arah yang berlawanan sebuah motor  melaju kencang. Dari kejauhan,  tampak pengendara tak berhelm itu  merapat ke motor yang berada  di sebelahnya. Dan benar saja persis di  samping kanan saya kedua motor tersebut bersenggolan. Dua motor itu   jatuh bersamaan hingga menyebabkan pengendaranya terpental. Benar-benar  nyaris menabrak mobilku. namun subhanallah tak ada goresan sedikitpun di  mobilku akibat kecelakaan tadi, yang ada itu karena usia mobil  saya  yang sudah tidak lagi muda.
Subhanallah, sambil menyetir , saya hampir tak percaya bahwa motor  yang bersenggolan tersebut tak mengenai mobil sama sekali. Jelas bukan  karena kelihaian saya menyetir, jam terbang saya hanya sekitar  perumahan, bank dan swalayan terdekat.  Saya  percaya tak ada  "kebetulan" dalam kehidupan ini. Saya pun langsung teringat sosok  penyapu jalanan. Allah Swt. telah menghindarkan kami dari kecelakaan  tadi.
"Sedekah dapat menolak 70 macam bencana, dan yg paling ringan  (diantara bencana itu) adalah penyakit kusta dan lepra," (HR. Thabrani  dalam Mu'jamul Kabir) . Angka 70 itu menunjukkan sesuatu yang banyak,  tidak disebutkan satu-persatu, baik bencana alam maupun bencana  kemanusiaan.
Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Bersegeralah bersedekah sebab yang  namanya bala tak pernah mendahului sedekah". Subhanallah hari itu saya  benar - benar merasakannya. Mungkin kali ini namanya bukan lagi sedekah  karena saya sudah menceritakan pada Anda, sebab  sedekah yang baik  tangan kanan memberi sementara tangan kirinya tak mengetahui.
Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap awal pagi, semasa terbit  matahari, ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi. Yang satu  menyeru, 'Ya Tuhan, karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan  hartanya kepada Allah'. Yang satu lagi menyeru 'Musnahkanlah orang yang  menahan hartanya'”. 
Maka belilah kesulitanmu dengan sedekah dan berniagalah pada Allah  dengan bersedekah, Ia akan memberikan keuntungan yang berlipat ganda.  Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang -orang yang selalu diberi  petujuk-Nya. Amin.
Ditulis : Yuhyi Lestari
Sumber : http://www.eramuslim.com 

 
